Monday, April 19, 2010

Sedia Pepaya California Organik


Mindset konsumen mengenai pepaya sudah banyak berubah seiring berjalannya waktu. Beberapa tahun lalu, orang jika ingin membeli pepaya akan selalu memilih pepaya yang berbentuk besar dan berat di timbangan. Hal ini sangat jamak terjadi di masyarakat Indonesia. Pepaya berbentuk besar dan berat dipilih biasanya karena mengandung lebih banyak bagian untuk dimakan, selain karena rasanya manis tentunya.

Akan tetapi perilaku pasar dalam mengkonsumsi pepaya saat ini sudah banyak berubah. Orang akan membeli pepaya yang relatif lebih kecil dan ringan, hal yang berkebalikan dengan perilaku pasar pepaya beberapa tahun lalu. Orang lebih suka pepaya berbentuk lebih kecil karena bisa langsung sekali konsumsi. Orang tidak akan lagi capek untuk menyimpan pepaya yang tidak habis makan. Belum lagi jika disimpan terlalu lama dan dengan cara yang salah, pepaya akan membusuk.

Perilaku konsumen pepaya yang demikian ini yang akhirnya menjadi referensi dibudidayakannya pepaya jenis kalifornia. Selain rasanya manis dan relatif sesuai lidah orang Indonesia, bentuk pepaya kalifornia juga kecil-kecil, dengan berat antara 0,7 - 2 kg per butirnya. Hal ini menyebabkan permintaan pasar akan pepaya kalifornia semakin meningkat.

Manfaat Pepaya Organik :

Pepaya atau dengan nama lain Carica Papaya. Untuk Anda yang gemar buah yang satu ini perlu mengetahui beberapa manfaat dari pepaya yang akan mendorong Anda tetap menjadikan pepaya buah favorit.

1. Buah pepaya mengandung enzim, vitamin dan mineral. Mengandung vitamin A, vitamin B kompleks, dan vitamin E.

2. Buah pepaya mengandung enzim Papain yang berfungsi mempercepat proses pencernaan protein.

3. Daya cerna yang diberikan enzim Papain bisa mencerna 35 kali lipat sehingga membuat makanan yang mengandung protein bisa diambil manfaatnya dengan baik.

4. Enzim mencerna baik protein menjadi arginin. Senyawa arginin adalah asam amino esensial yang didapat dari telur dan ragi yang tidak biasa diproduksi oleh tubuh dalam keadaan normal. Dengan enzim Papain maka senyawa arginin yang membantu produksi hormon pertumbuhan dapat diproduksi dengan baik.

5. Papain dalam pepaya sangat baik guna mencerna protein yang bersifat membuang subtansi-subtansi yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akibat pencernaan yang tidak sempurna.

6. Buah Pepaya berfungsi membantu mengeluarkan racun, membantu mengatur pendapatan asam amino dalam tubuh, sehingga menambah kekebalan tubuh.

7. Selain baik memecah asam amino, pepaya juga mampu mengurai karbohidrat dan lemak. Itu sebabnya pepaya dipakai dalam pemasakan daging, karena pepaya mampu mencerna serat-serat daging.

8. Dengan kandungan antiseptik pada pepaya, mampu menjaga alat pencernaan kita terutama usus dari bakteri. Kadar pH mampu diseimbangkan sehingga flora usus normal.

9. Seluruh bagian dari buah pepaya benar-benar memiliki fungsi baik. Biji yang sering dilupakan justru mampu membantu orang-oranag yang sedang terganggu pencernaannya.

10. Papaya sebagai alat kontrasepsi. Karena pepaya yang masih setengah matang, mentah dan mengkal bisa menggugurkan kandungan pada ibu hamil. Dari efek inilah pepaya mentah diolah menjadi alat kontrasepsi. Untuk ibu hamil sebaiknya menghindari sementara mengkonsumsi pepaya.

Semoga Bermanfaat!

Sunday, April 18, 2010

Tidak Beracun, Produk Organik Memberi Nilai Kesehatan



Produk organik memberi nilai kesehatan bagi konsumennya karena tidak beracun. Melalui proses yang ramah lingkungan atau organis, produk organik tidak mengandung pestisida yang beracun.

“Organis adalah cara hidup yang menghargai keseimbangan dan fungsi makhluk hidup, tidak egois, jujur, berkeadilan,” jelas Heri Tabadepu, Manajer Proyek Konservasi Berbasis Masyarakat Gunung Halimun Salak dari Peka Indonesia saat Talkshow “Healthy Life Trend” yang diselenggarakan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Kamis (4/6/09).


Dalam praktik pertanian organis, menurut Heri, lahan tidak tercemar oleh bahan-bahan sintetis seperti pupuk, pestisida, air tercemar, dan telah mengalami konversi. Menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan (pupuk organik, pestisida nabati). Mengalami olah tanah yang minimum, bermacam keanekaragaman hayati masih bisa hidup, benih bebas rekayasa genetik. Pengendalian hama dan penyakit dengan rotasi tanam, mekanis dan selektif.

Sebaliknya praktik pertanian konvensional menurutnya, lahan mengandung unsur kimia sintetis karena menggunakan pupuk dan pestisida sintetis, mengalami olah tanah yang intensif, pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida kimia, targetnya mematikan, bahkan seringkali salah sasaran.

Untuk itu menurut Heri, sebagai konsumen produk organik, selain mendapatkan nilai kesehatan, juga turut serta dalam melestarikan lingkungan hidup yang pada 5 Juni selalu diperingati, salah satunya dengan mengadakan acara talkshow tersebut oleh rumah sakit yang telah mencanangkan diri sebagai Green Hospital tersebut.

Selain itu juga membantu petani lokal yang notabene masyarakat Indonesia sendiri, membangun komunikasi antara konsumen, produsen dan pedagang organik serta belanja di komunitas.

Di saat yang sama menurut Bibong Widyarti sebagai konsumen produk organik, dengan belanja di komunitas, juga bisa lebih berhemat dengan mendapatkan harga yang lebih terjangkau.

Untuk memilih produk organik secara aman, pemilik Rumah Organik (wadah perkumpulan konsumen organik) tersebut mengatakan, dapat melihat tabel yang berisi kandungan, kadaluarsa dan ijin.  Lalu melalui sertifikat, penjaminan yang dapat dipercaya atau penjaminan langsung dari petani.

Selanjutnya menurutnya, untuk mendapatkan produk organik secara tepat juga dapat dengan cara menentukan petani yang konsumen percaya, memilih produk yang sedang musim, mencuci bersih produk sayur dan buah organik serta melakukan penanaman di pekarangan sendiri.

Dengan memilih produk organik dalam memenuhi kebutuhan pangannya, ibu dua orang anak ini pun sepakat mendapatkan produk yang sehat bagi kesehatan tubuh, lebih tinggi nutrisi, lebih renyah, manis, bebas residu pestisida, ramah lingkungan, bernilai sosial budaya karena menghargai hasil petani lokal bersama kearifan lokalnya, serta ekonomi.

Menurut Imron sebagai petani organik, praktik pertanian organik dilakukan secara hati-hati. Dalam areal lahan seluas 20 hektar yang dimiliki Kebunku, tempat Imron berproduksi, pertanian organik meliputi bermacam kegiatan seperti bertani, beternak dan pembuatan kompos. Pemanfaatannya secara berkesinambungan dan terintegrasi satu dengan lainnya.

Kotoran sapi dan kambing diolah menjadi pupuk yang bisa menyuburkan lahan pertanian selain bisa dimanfaatkan dagingnya. Hasil pertanian berupa sayuran juga bisa dipilah sehingga bermanfaat sebagai pakan ternak tersebut. Pola tanam yang ramah lingkungan juga bermanfaat dalam keseimbangan lingkungan hidup di sekitarnya.

“Bahkan dalam olah tanah dan penanaman tidak menggunakan cangkul melainkan dengan garpu alami alias tangan sendiri,” kelakarnya saat menjelaskan pengalamannya di depan peserta talkshow.

Lahan pertanian yang berwujud gundukan-gundukan tanah dibiarkan saja sebelum ditanami. Lalu ditanami dengan jenis yang berbeda dari sebelumnya. Dalam satu gundukan bisa berisi bermacam tanaman sayur. Hal ini bermanfaat untuk mencegah penyebaran hama. Dengan pertanian organik yang menggunakan pestisida alami juga aman bagi kesehatan dan lingkungan hidup sekitarnya.

Pestisida kimia menurut Dr. Phaidon Toruan, MM, Ketua Bidang Olah Raga tidak baik bagi kesehatan tubuh manusia. Terutama bagi diet konsumen yang dianjurkannya makan makanan mentah yang sehat seperti organik.

Dengan menghindari makanan toksik yang berpestisida juga bisa membantu mencegah kegemukan selain dengan menjaga pola konsumsi secara keseluruhan. Seperti merubah pangan sumber karbohidrat dari beras putih ke beras merah, tidak makan makanan yang digoreng serta melakukan aktifitas aerobik.

Ani Purwati - 04 Jun 2009
(beritabumi.or.id)

Daya Tahan Oke dengan Santapan Organik


JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini, mengonsumsi makanan sehat semakin menjadi tren, terutama di kota-kota besar. Salah satunya mengonsumsi makanan organik. Banyak orang menilai makanan ini sehat karena proses penanaman sampai panen dilakukan secara natural, alias tidak menggunakan bahan kimia. Karena itu pula, makanan ini aman untuk kita konsumsi.

Seiring tren ini, kini, makanan organik semakin mudah dijumpai. Banyak pusat perbelanjaan dan gerai-gerai tertentu memasarkan makanan bebas pestisida, pupuk kimia, hormon pertumbuhan, dan benih transgenik ini. Karena konsumsinya terus meningkat, kini jenis makanannya juga semakin beragam. Selain sayur dan buah-buahan, belakangan juga muncul ayam, telur, dan susu organik.


Makanan organik memang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh. Cukup banyak riset yang menyimpulkan bahwa buah-buahan, sayur mayur, dan kacang-kacangan yang ditanam secara organik banyak mengandung zat nutrisi, termasuk vitamin C, zat besi, magnesium, dan fosfor. Sebaliknya, makanan ini sangat sedikit mengandung nitrat dan endapan pestisida dibandingkan yang non-organik.
“Karena itu, mengonsumsi makanan organik secara teratur membuat badan tidak gampang sakit,” ujar Susianto, Ketua Operasional Indonesia Vegetarian Society (IVS).

Daya tahan tubuh menjadi lebih kuat karena makanan organik mengandung antioksidan lebih banyak dibandingkan bahan non-organik. Manfaat antioksidan bagi tubuh cukup banyak. Selain mampu membersihkan darah, juga bisa membantu mencegah berbagai penyakit, seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan penyakit degeneratif atau keturunan lainnya.

Makanan organik mengandung antioksidan tinggi karena tidak menggunakan bahan kimia. Pemupukan, misalnya, hanya menggunakan pupuk kompos. Dengan begitu, makanan lebih banyak mengandung nutrisi ketimbang kandungan zat yang membahayakan kesehatan.

Sebaliknya. makanan non-organik bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Soalnya, makanan ini mengandung pupuk kimia seperti pestisida, herbisida, hingga fungisida. Nah. zat-zat kimia itu biasanya terus menempel pada sayur dan buah-buahan tersebut.

“Apalagi, buah yang dikirim dari luar pulau atau hasil impor tentu butuh zat pengawet tambahan agar tidak cepat membusuk, sehingga kandungan zat kimianya akan lebih besar lagi,” ujar Trini Sudarti, ahli gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI).

Dampak negatif mengonsumsi makanan non-organik memang tidak akan langsung terlihat. Biasanya, dampaknya baru akan terlihat dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka waktu itu, akan terjadi penumpukan zat kimia yang bersifat racun (toxic) di dalam tubuh. Akibatnya. hati atau liver harus bekerja keras menetralkan racun tersebut. Hanya saja, hati tidak akan selamanya bisa menetralkan racun dalam tubuh.
Kalau kita setiap hari mengomsumsi makanan seperti ini, tentu, dampaknya akan lebih cepat terasa. Soalnya, setiap hari ada bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, ada racun dalam tubuh yang tidak bisa dinetralkan dan berubah menjadi lemak.

“Semakin banyak racun yang masuk, lemak akan semakin menumpuk,” kata Adi Sasongko, Direktur Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Bangsa.

Lemak jahat di dalam tubuh ini bisa menjadi sumber penyakit. Beberapa di antaranya adalah obesitas, jantung, penyakit kandung empedu, stroke, hingga diabetes melitus. Makanya, demi mengihindari penumpukan lemat jahat ini, banyak kalangan medis menyarankan orang yang tengah menjalankan diet untuk mengonsumsi makanan organik.

Selain ikut membantu kinerja hati, makanan ini juga kandungan serat yang tinggi. Dengan begitu, bisa membantu melarutkan lemak. “Lemak akan dikeluarkan bersama sisa-sisa pencernaan,” kata Trini.

Cegah stroke dan jantung

Manfaat lain makanan organik adalah kandungan flavonoid yang cukup tinggi. Asal Anda tahu, flavonoid adalah zat yang mampu menurunkan potensi stroke dan penyakit jantung. Kandungan flavonoid tanaman organik lebih tinggi karena makanan organik tidak dipupuk dengan bahan kimia.

Dengan begitu, tanaman harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan nitrogen di dalam tanah. Saat itulah tanaman mampu menghasilkan flavonoid yang menyehatkan jantung kita.
Lain halnya dengan tanaman yang menggunakan pupuk kimia. Tanaman ini tidak perlu bekerja lebih keras untuk mendapatkan nitrogen. Soalnya, pupuk kimia sintetis sudah mengandung logam berat, seperti timbal dan merkuri.

Bagi ibu hamil zat-zat tersebut sangat merugikan, karena bisa mempengaruhi perkembangan otak pada janin. “Karena itu, ibu hamil sebaiknya mengonsumsi makanan organik,” saran Trini.
sumber : kompas.com

Apakah Pertanian Ekologi Produktif?


Pertanyaan kunci yang sering disampaikan tentang pertanian ekologi, termasuk pertanian organik adalah apakah produksinya bisa mencukupi kebutuhan pangan dunia? Ketika sebagian besar setuju bahwa pertanian ekologi diperlukan dari pandangan sosial dan lingkungan, namun ada kekhawatiran bahwa pertanian ekologi dan organik hanya memproduksi hasil panen yang rendah.

Berikut ini ringkasan fakta yang menunjukkan bahwa pertanian ekologi memang produktif.
Pada umumnya, hasil panen dari pertanian ekologi dapat diperbandingkan dengan hasil panen pertanian konvensional di negara maju. Di negara berkembang, praktik pertanian ekologi dapat meningkatkan produktivitas, terutama jika menggunakan sistem yang rendah input, dimana sebagian besar terjadi di Afrika. Paper ini akan terfokus pada fakta dari negara-negara berkembang.

Fakta Secara Global

Studi ini menguji data global dari 293 contoh dan menguji rata-rata perbandingan hasil panen (organik : non-organik) pada kategori pangan antara negara maju dan berkembang (Badgley et al., 2007). Pada kategori pangan teruji, mereka menemukan bahwa rata-rata perbandingan hasil panen adalah kurang dari 1.0 untuk studi di dunia maju, tetapi lebih dari 1.0 studi di negara berkembang.
Rata-rata di negara maju, sistem organik memproduksi 92% hasil panen yang dihasilkan oleh pertanian konvensional. Di negara berkembang, sistem organik memproduksi 80% lebih dari pertanian konvensional.
Dengan rata-rata perbandingan hasil panen, para peneliti kemudian membuat model suplai pangan global yang dapat berkembang secara organik pada lahan pertanian sekarang. Mereka menemukan bahwa metode organik dapat diperkirakan cukup memproduksi pangan per kapita sesuai dengan perkembangan populasi manusia sekarang dan potensi bagi populasi lebih besar, tanpa mengambil lahan pertanian lebih pada produksi.
Kemudian mengenai kekhawatiran bahwa kuantitas pupuk organik tidak mencukupi, data menenujukkan bahwa tanaman penutup seperti kacang polong dapat cukup mencampurkan nitrogen untuk menggantikan sejumlah pupuk sintetis yang digunakan sekarang.
Model ini mempercayai bahwa pertanian organik dapat berpotensi cukup menyediakan pangan global, tetapi tanpa dampak negatif lingkungan pertanian konvensional.

Fakta dari Kaji Ulang Proyek Pertanian Ekologi
Dalam kaji ulang 286 proyek di 57 negara, petani menemukan peningkatan produktivitas pertanian rata-rata 79%, dengan mengadobsi “resource-conserving” atau pertanian ekologi (Pretty et al., 2006).
Bermacam teknologi konservasi sumber daya alam dan praktik yang digunakan, termasuk pengelolaan hama terpadu, pengelolaan unsur hara terpadu, konservasi tanah, agroforestry, pemanfaatan air di kawasan kering, integrasi ternak dan budidaya ikan pada sistem pertanian. Praktik ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga mengurangi dampak kurang baik pada lingkungan dan berkontribusi pada layanan lingkungan penting (seperti mencegah perubahan iklim), sesuai dengan peningkatan efisiensi penggunaan air dan penyerapan karbon serta mengurangi penggunaan pestisida.
Penelitian awal mengkaji 208 proyek pertanian berkelanjutan. Awalnya peneliti menemukan bahwa 89 proyek dimana ada hasil data yang dapat dipercaya, dimiliki petani dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan, mencapai peningkatan substansial dalam per hektar produksi pangan, hasil panen meningkat 50-100% untuk tanaman tadah hujan, atau lebih besar pada sejumlah kasus, dan 5-10% untuk tanaman irigasi (Pretty and Hine, 2001).
Data menunjukkan bahwa:
-          Masing-masing produksi pangan per rumah tangga meningkat 1,7 ton per tahun (sampai 73%) untuk 4,42 juta petani kecil pengembang sereal dan umbi-umbian pada 3,6 hektar.
-          Peningkatan produksi pangan 17 ton per tahun (sampai 150%) untuk 146.000 petani pada 542.000 hektar penanaman umbi-umbian (tomat, singkong).
-          Total produksi meningkat hingga 150 ton per rumah tangga (sampai 46%) untuk pertanian terluas di Amerika Latin (masing-masing seluas 90 hektar).
Database pada pertanian berkelanjutan (terdiri dari 286 proyek) yang dianalisa kembali menghasilkan ringkasan dampak proyek organik dan menuju organik pada produktivitas pertanian di Afrika (Hine and Pretty, 2008). Masing-masing hasil panen tanaman meningkat lebih tinggi pada proyek ini daripada secara global, masing-masing (79%): 116% meningkat untuk semua proyek Afrika dan 128% meningkat untuk proyek di Afrika Timur.
Untuk proyek Kenya, peningkatan  hasil panen 179%, untuk proyek Tanzania 67% dan proyek Uganda 54%. Lebih dari itu semua studi kasus yang fokus pada produksi pangan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan per hektar produktivitas tanaman pangan, dimana bertentangan dengan pandangan bahwa pertanian organik tidak dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Fakta dari Intervensi Pertanian Ekologi Spesifik
Data dari proyek Tigray di wilayah Tigray di Ethiopia, dimana proyek pertanian ekologi dilakukan sejak 1996, dengan nyata menunjukkan manfaat kompos pada produktivitas. Data awal yang terkumpul pada 1998 telah menunjukkan bahwa penggunaan kompos memberi peningkatan hasil panen yang sama seperti pupuk kimia. Data yang terkumpul pada 2002, 2003 dan 2004 menunjukkan bahwa masing-masing lahan dengan pupuk kompos memberi hasil panen lebih tinggi, kadang-kadang berlipat ganda, daripada  yang menggunakan pupuk kimia (Araya and Edwards, 2006).
Dalam paper baru yang ditulis untuk Organisasi Pangan PBB (UN Food and Agriculture Organization - FAO), analisa statistik pada data selama tahun 2000 hingga 2006 juga mengkonfirmasikan bahwa penggunaan kompos di Tigray telah meningkatkan hasil panen di semua tanaman yang dianalisa (Edwards et al., 2008). Total data terkumpul dari 974 lahan dari 19 komunitas. Data hasil panen biji-bijian dan rumput-rumputan untuk jewawut, gandum, jagung, padi-padian, kacang-kacangan, dan sebagainya.
Kecuali kacang polong, umumnya kompos melipatgandakan butiran hasil panen (tanaman dikembangkan tanpa input lain). Untuk hasil panen kacang polong meningkat kira-kira 28%. Perbedaannya signifikan (batas kepercayaan 95%). Aplikasi kompos juga meningkatkan hasil panen tanaman rumput-rumputan, tetapi dengan luas tidak sama pada masing-masing biji-bijian.
Penggunaan kompos juga memberi hasil lebih tinggi daripada penggunaan pupuk kimia, walaupun perbedaannya tidak besar. Untuk hasil panen gandum dan kacang faba dari yang menggunakan kompos dan pupuk kimia sama. Tetapi hasil panen untuk semua tanaman lainnya berbeda, yaitu lebih besar pada yang menggunakan kompos daripada pupuk kimia. Hasil itu juga menunjukkan bahwa kompos tidak hanya meningkatkan semua biomassa hasil panen, tetapi juga meningkatkan proporsi biji hasil panen tanaman rumput-rumputan.
Sejak 1998, Pengembangan Pedesaan Kawasan Tigray dan Pertanian Bureau (Bureau of Agriculture and Rural Development of Tigray Region) telah mengadopsi pembuatan kompos sebagai kesatuan paket dan pada 2007 setidaknya 25% petani membuat dan menggunakan kompos. Refleksi kesuksesan pendekatan ini, bahwa antara 2003 dan 2006, hasil panen biji-bijian untuk wilayah ini hampir dua kali lipat dari 714 sampai 1,354 ribu ton. Sejak 1998, telah terjadi pula penurunan signifikan dalam penggunaan pupuk kimia dari 13,7 sampai 8,2 ribu ton.
Ada beberapa contoh spesifik peningkatan hasil panen lainnya dalam aplikasi praktik pertanian ekologi, dimana di antaranya dalam ringkasan berikut ini:

Afrika
Konservasi tanah dan air di lahan kering Burkina Faso dan Nigeria telah merubah degradasi lahan sebelumnya. Rata-rata keluarga telah beralih dari defisit sereal 644 kg per tahun (sama dengan 6,5 bulan kekurangan pangan) menuju surplus produksi rata-rata 153 kg.
Di Ethiopia, sekitar 12.500 keluarga telah mengadopsi pertanian berkelanjutan, menghasilkan 60% peningkatan hasil tanam.
Di Tigray, Ethiopia, hasil panen tanaman dari plot kompos 3-5 kali lebih tinggi daripada yang hanya menggunakan kimia.
Proyek di Sinegal memadukan peternakan, sistem pengomposan, pupuk hijau, sistem penggunaan air dan phospat karang. Hasil panen padi-padian dan kacang tanah meningkat dramatis 75-195% dan 75-165% berturut-turut.
Di Kenya, 500 petani pada 1000 hektar lahan jagung meningkat dari 2 sampai 4 ton per hektar dengan aplikasi konservasi tanah, pemupukan tanah dan metode pertanian organik.
Metode pengelolaan hama bersama kacang polong, tanaman penutup dan pupuk hijau bagi perbaikan kesuburan tanah menghasilkan dua kali lipat hasil panen kacang tanah dari 300 sampai 600 kg/ha di bagian barat Kenya.
Di bagian timur dan tengah Kenya, petani penggarap telah mengikuti pelatihan managemen kesuburan tanah alami, integrasi yang ramah lingkungan antara rumput liar, hama dan perlindungan penyakit, teknik konservasi air dan tanah, dan konservasi benih, dengan hasil meningkat 50% dalam produktivitas dan 40% meningkatkan pendapatan.
Lebih dari 1000 petani dengan kawasan kesuburan tanah rendah di North Rift dan wilayah barat Kenya meningkat hasil panen jagungnya sampai 3,414 kg/ha (71% peningkatan produktivitas) dan hasil panen kacang hingga 258 kg/ha (158% peningkatan produktivitas) sebagai pertanian tradisional dengan managemen kesuburan tanah, diversifikasi tanaman dan peningkatan managemen tanaman.
Integrasi budidaya kolam ikan menuju sistem rendah input dengan sekitar 2000 petani di Malawi meningkatkan hasil tanam sayur-sayuran dari 2700 sampai 4000 kg/ha, dengan kolam ikan menghasilkan sama dengan 1500 kg/ha ikan, sumber baru pangan untuk petani.

Amerika Latin

45 ribu keluarga di Honduras dan Guatemala mengalami peningkatan hasil panen dari 400-600 kg/ha sampai 2000-2500 kg/ha menggunakan pupuk hijau, tanaman penutup, potongan rumput sekeliling dan pupuk kandang.
Negara Santa Caterina, Parana dan Rio Grande do Soil di selatan Brazil telah fokus pada konservasi tanah dan air dengan menggunakan potongan rumput sekeliling, pembajakan dan pupuk hijau. Hasil panen gandum telah meningkat dari 3-5 ton/ha dan kedelai dari 2,8 sampai 4,7 ton/ha.
Kawasan gunung yang tinggi Peru, Bolivia dan Ecuador adalah beberapa kawasan tersulit di dunia untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu, petani telah meningkatkan hasil panen tomat tiga kali lipat, terutama dengan menggunakan pupuk hijau untuk memperkaya hara tanah. Menggunakan metode ini, 2000 petani di Bolivia telah meningkatkan produksi tomat dari sekitar 4000 kg/ha sampai 10-15000 kg/ha.
Di Brazil, penggunaan pupuk hijau dan tanaman penutup meningkatkan hasil panen antara 20-250%. Di Peru, restorasi terasering tradisional Incan telah meningkatkan 150%  tanaman dataran tinggi. Di Honduras, praktik konservasi tanah dan pemupukan organik telah meningkatkan 3-4 kali lipat hasil tanam. Di Cuba, ada lebih dari 7000 pekebun organik kota dan produktivitas berkembang dari 1,5 kg/m2 sampai sekitar 20 kg/m2.

Asia
Managemen irigasi partisipatory di Philipina telah meningkatkan hasil padi 20%. Hasil panen meningkat 175% yang dilaporkan dari pertanian di Nepal yang mengadopsi praktik agroekologi. Di Pakistan, hasil panen buah-buahan mangga dan citrus meningkat 150-200 persen setelah mengadopsi teknik pertanian organik.

Kesimpulan
Ini jelas bahwa pertanian ekologi adalah produktif dan berpotensi bagi keamanan pangan, khususnya dalam kontek Afrika. International Assessment of Agricultural Knowledge, Science and Technology for Development (IAASTD), setuju bahwa peningkatan dan penguatan pengetahuan pertanian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengarah agroekologi akan berkontribusi pada isu lingkungan ketika berlangsung pemeliharaan dan peningkatan produktivitas (IAASTD, 2008). Lebih dari itu, pendekatan pertanian ekologi membolehkan petani untuk meningkatkan produksi pangan local dengan biaya rendah, siap menyediakan teknologi dan input tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan.
Disarikan Ani Purwati - 09 Jan 2009 (beritabumi.or.id)

Sumber:
http://www.twnside.org.sg/title2/susagri/susagri064.htm

Tradisi Panen Padi Yang Nyaris Sirna


CILEUNGSI, BOGOR, KOMPAS.com–Penduduk Indonesia tentu tak asing dengan nasi sebagai makanan pokok. Tapi tak banyak yang mengetahui, sebelum menjadi nasi, ada seremoni panen padi yang menjadi khas Indonesia.

Salah satunya adalah khas Sunda. Tradisi pesta panen ini sudah hampir sirna di masyarakat Indonesia. Karena itu, Kampung Budaya Sindang Barang , mempertunjukkan seremoni panen raya yang dulu lazim dilakukan etnis Sunda di wilayah Bogor.

Seremoni ini dilakukan di Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Sabtu (13/3/2010). Pesta panen padi ini dilakukan sebagai luapan kegembiraan dari warga setelah panen. Selain itu, sebagai bentuk puji syukur pada Tuhan Yang Mahakuasa.


Upacara ini diawali dengan Tari Tani. Tarian ini menunjukkan cara memetik padi yang dilakukan pada awal panen. Setelah itu, tarian dilanjutkan dengan Rengkong. Tahap ini menggambarkan proses pengangkutan padi dari sawah menuju lumbung.

“Dulunya, padi diikat dengan ijuk. Ikatan itu menimbulkan bebunyian, sehingga dikembangkan menjadi bentuk kesenian,” ujar Ulung, salah satu kokolot (tetua) di Kampung Budaya Sindang Barang. Setelah itu prosesi dilanjutkan dengan sajian dari “angklung gubrag” yang mengiringi padi. “Angklung ini berguna agar padi menjadi bahagia dan menjadi berkat bagi warga,” tambah Ulung Kampung Budaya Sindang Barang menambahkan sebuah prosesi lain, yang tak berhubungan dengan panen padi, yaitu “Parebut Seeng”.
Prosesi ini merupakan bagian dari adat pernikahan Sunda. Dalam “Parebut Seeng”, jagoan perwakilan mempelai pria akan membawa seeng, yang biasanya digunakan untuk menanak nasi. Seeng ini harus direbut oleh jagoan mempelai wanita. “Apabila seeng berhasil direbut, maka pernikahan bisa dilangsungkan. Jika tidak, pernikahan harus ditunda, meski kedua tetap mempelai akan tetap menikah,” ucap Ulung. Kampung Budaya Sindang Barang sendiri adalah sebuah kelompok yang mendedikasikan kegiatannya untuk melestarikan kebudayaan khas Jawa Barat secara umum, dan Bogor secara khusus. Lokasi kegiatan mereka ada di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.